Bojonegoro, - Setelah berbenah di sisi infrastruktur dasar
dan energi, kini Bojonegoro mulai berbenah dalam pengembangan
infrastruktur teknologi berikut aplikasi dan konten inovatif yang
berguna bagi pengembangan kota secara berkelanjutan. Pembenahan akses
informasi ini bertujuan menjadikan Bojonegoro sebuah society besar yang
terhubung secara digital. Upaya menjadikan Bojonegoro Digital Society
ini diperkuat dengan ditandatanganinya sebuah Nota Kesepahaman antara
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(disingkat Telkom atau Telkom Indonesia), bertempat di pendopo Kabupaten
Bojonegoro pada hari ini, 18/10, antara Bupati Bojonegoro, Drs. H.
Suyoto,MSi (Pemkab Bojonegoro) dan Sinung Wibowo (General Manager Witel
Jatim Utara Telkom Indonesia).
Dikatakan oleh General Manager Jatim Utara, Sinung “ Kami melihat
Bojonegoro adalah kota yang sarat dengan potensi sumber daya alam,
sehingga sangat strategis sebagai kota tujuan investasi dan pengembangan
industri, khususnya di bidang pertanian dan migas”. Ditambahkan
olehnya, dengan melihat kondisi seperti itu, teknologi informasi sangat
diperlukan sebagai enabler dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi kota
dan menjadikan kota berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa ini mempunyai daya
saing kompetitif di pasar global.
“Telkom menyambut baik upaya Kang Yoto yang ingin menjadikan kotanya
sebuah Digital Society, sehingga kami segera memetakan kebutuhannya
supaya solusi yang kami berikan bisa sejalan dengan visi misi beliau dan
master plan pengembangan kota ini ” tambah Sinung. Seperti diketahui,
Bojonegoro bertekad menjadi lumbung pangan dan lumbung energi negeri di
masa datang. Sebagai lumbung energi dengan potensi migas yang
dimilikinya, 20% kebutuhan migas nasional akan disuply dari Bojonegoro.
Lebih jauh ditambahkan oleh Kang Yoto, panggilan akrab Suyoto, Bupati
Bojonegoro “ Bojonegoro Digital Society ini kami harap bisa menjadi
tools yang mempermudah dan mendorong tercapainya target yang terdapat
pada 6 pilar sustainable development kota ini,”. Adapun 6 pilar yang
menjadi concern Kang Yoto dalam membangun kota secara berkelanjutan
adalah pilar ekonomi, pilar lingkungan hidup, pilar social, pilar
budgeting atau kemampuan pendanaan non migas, pilar clean and good
governence, dan pilar good leadership transformation.
Sedangkan peran teknologi informasi terhadap 6 pilar tersebut diantaranya adalah :
1. Teknologi
informasi pada pilar ekonomi diharapka bisa menjadi solusi bagi pelaku
bisnis UKM dan UMKM Bojonegoro untuk bisa go online sehingga produknya
bisa menembus pasar global.
2. Teknologi
informasi pada pilar lingkungan diharapkan bisa memberikan solusi pada
isue Global Warming, karena teknologi informasi menjaminkan proses dan
hasil yang paperless.
3. Teknologi
informasi pada pilar sosial diharapkan bisa mempermudah partisipasi
masyarakat untuk berperan aktif pada isue-isue sosial seperti misalnya
memberikan zakat, infaq, shodaqoh, dan sumbangan-sumbangan lain dengan
memaksimalkan fungsi gadget, akses internet, dan aplikasi yang
disediakan.
4. Teknologi
informasi pada pilar budgeting diharapkan bisa mempermudah dan
mempercepat alur proses keuangan dan menjaminkan transparansi.
5. Teknologi
informasi pada pilar clean and good governance diharapkan bisa menjadi
solusi bagi reformasi birokrasi, transparansi dan mengurangi peluang
terjadinya korupsi.
6. Teknologi
informasi pada pilar good leadership transformation diharapkan
memperlancar alur proses informasi baik top down maupun bottom up,
sehingga semua policy kepala daerah cepat sampai ke seluruh jajaran dan
masyarakat atau sebaliknya aspirasi masyarakat cepat ditangkan oleh
kepala daerah dan mendapatkan solusi. Pada pilar ini, jumlah aparatur
pemerintahan yang ditargetkan paham teknologi informasi sekurangnya
adalah 80% sampai dengan tahun 2014 (propinsi Jawa Timur sudah mencapai
angka 85%).
Kang Yoto menjelaskan bahwa digitalisasi pada semua proses di kotanya
memang butuh effort yang sangat besar, apalagi sejarah masa lalu kota
Bojonegoro yang pernah menjadi kota dengan tingkat kemiskinan yang
tinggi dan punya endemic poverty 44% . Maka, tambahnya, “Kami
menggandeng Telkom untuk menjalin sinergi bukan hanya dalam penyediaan
akses dan aplikasi namun juga yang terpenting adalah proses Learning
Society”. Proses learning society ini wajib dilakukan terlebih dahulu
karena hal-hal yang baru membutuhkan long term education (edukasi jangka
panjang) disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing segmen. “
Dibutuhkan pelatihan, dan juga pendampingan di semua segmen. Baik itu
melatih semua PNS, pendidik dan siswanya, tenaga kesehatan, para santri,
kader-kader penggerak PKK, dan seluruh masyarakat. Ini sebuah learning
process yang membutuhkan edukasi jangka panjang” tambahnya.
Maka, tambah Kang Yoto, jika learning process ini berjalan dengan
lancar, dan berhasil menciptakan sebuah digital society di Bojonegoro,
digitalisasi diharapkan bisa menjadikan Bojonegoro makin produktif dan
punya daya saing di pasar global. “ Sehingga ke depan tingkat kemiskinan
dan angka pengangguran di kabupaten ini akan menurun dengan significan”
katanya. Dari data didapat bahwa telah terjadi penurunan kemiskinan
dari tahun 2008 sampai dengan 2012 sebesar 31,02% atau berkurang
sebanyak 90.810 Jiwa. Bahkan untuk tahun 2012 terjadi penurunan Jumlah
Penduduk Miskin sebesar 5,15 % dibandingkan tahun 2011.
Saat ini, Bojonegoro juga sedang menjajaki kerjasama dengan BIG (Badan
Informasi Geospasial) untuk mendevelop aplikasi berbasis teknologi
informasi untuk membuat peta perencanaan dan pengembangan potensi kota .
“Dengan aplikasi e-city plan ini nanti, kami bisa melakukan pembangunan
secara berkelanjutan (sutainable development) karena peta potensi kota
sudah ada, bisa diakses dari mana saja asal tersedia broadband access,
sehingga potensi kota ini bisa dimaksimalkan untuk kesejahteraan
warganya,” tambahnya.
Sementara itu, Sinung menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Telkom
ini yakni membuat sebuah Digital society di seluruh kota kabupaten di
Indonesia adalah langkah konkret Telkom dalam menyukseskan program besar
Indonesia Digital Network (IDN) . Indonesia Digital Network merupakan
wujud nyata langkah yang diambil Telkom sebagai pengemban amanah MP3EI
(Master Plan Percepatan Perluasan Pengembangan Ekonomi Indonesia) ,
yakni mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pengembangan ICT
(Information, Communication and Technology).
Khusus untuk kota Bojonegoro, Telkom telah melakukan beberapa proses ke arah digitalisasi yakni :
1. Bidang
pendidikan : Telkom telah menggelar akses @wifi.id di 55 sekolah dengan
total 165 akses point Wifi yang telah terpasang, dan akan terus ditambah
secara bertahap. Ini adalah program Indischools (Indonesia Digital
Schools) kerjasama Telkom dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan Indischools, baik pelajar, pendidik, maupun elemen
sekolah/perguruan tinggi bisa melakukan akses internet wifi@id dengan
melakukan pembelian melalui kartu Telkomsel, dengan tarip perhari hanya
Rp 1.000,- Indischools diimplementasikan Telkom melalui 3 tahapan atau 3
staging,yakni Connectivity, Content, dan Community. Di seluruh
Indonesia, infrastruktur wifi@id akan digelar di 300 ribu sekolah sampai
tahun 2015. Diharapkan sampai akhir tahun 2013 ini, sudah ada 100 ribu
yang terkoneksi akses internet broadband wifi@id. Setelah terkoneksi,
Telkom akan memberikan berbagai konten pendidikan didalamnya, seperti
SIAP Online, Q Jurnal, Qbaca, dan lainnya.
2. Bidang
Government : Telkom telah mengembangkan program dengan nama Indonesia
Digital Government (IndiGov) yakni sebuah flagship dari Telkom Indonesia
dalam membangun Infrastruktur jaringan ICT di Lembaga Pemerintah Daerah
(Pemprop/Pemkab/Pemkot) di Indonesia berbasis jaringan fiber optik
hingga tahun 2014. Penyediaan infrastruktur ICT untuk government ini
meliputi beberapa sektor seperti : e-Govt Sector, e-Public Sector
(kesehatan, sosial,lingkungan) , e-Economic Sector (pelaku binis UKM,
segmen masyarakat unbankable). Selanjutnya, Telkom menyediakan
Government Connectivity (G-Connect) dengan detail project-nya di tahun
2013 ini adalah penarikan kabel fiber optik disejumlah 2.204 Site, yang
terdiri dari Kantor Pemkab/Pemkot, Kantor LPSE Pemkab & Pemkot,
Kantor Polres, Kantor Kodim dan juga Kantor Provinsi di seluruh
Indonesia. Diharapkan dalam tahun ini akan terbentuk G-Pipe (Government
Broadband Pipe) dalam kapasitas besar. Untuk hal ini Telkom menyediakan
bandwidth di masing masing Pemkab/Pemkot sebesar 100 Mbps.
Tahapan pembangunan konsep IndiGovernment akan berlanjut terus secara
kontinyu. Tahapan berikutnya, adalah penyediaan Government Content yg
berbasis komputasi awan dalam bentuk Government Cloud (G-Cloud).
Layanan ini akan meniadakan investasi di Pemda dalam hal penyediaan
hardware (IaaS), software (SaaS) dan platform (PaaS) serta termasuk
dalam hal penyimpanan data. Semua hal tsb disediakan oleh Telkom.
Content dan aplikasi yg dibutuhkan oleh Pemda seperti : e-office,
e-procurement, e-PTSP, Data Center, dll disediakan secara khusus dengan
berbagai kemudahannya. Telkom terpanggil untuk proaktif menjadi yang
terdepan dalam melayani Government Digital Society (G-DiSo) di Indonesia
yang tumbuh pesat sejalan dengan trend global.
3. Public
area : Telkom telah menginstalasi Access Point di 5 lokasi public
area di Bojonegoro dengan fasilitas wifi@id. Ke depan, Telkom akan
menambah ratusan atau bahkan ribuan wifi@id di seluruh penjuru kota
Bojonegoro secara bertahap sesuai dengan prioritas pengembangan kota.
Bojonegoro Maksimalkan Peran ICT Untuk Dorong Pertumbuhan Kota
Written By baranews on Minggu, 20 Oktober 2013 | 09.36
Label:
Teknologi
Posting Komentar