Headlines News :
Home » » Refleksi Sumpah Pemuda, Yang Muda Yang Bersumpah

Refleksi Sumpah Pemuda, Yang Muda Yang Bersumpah

Written By baranews on Senin, 28 Oktober 2013 | 09.56

Jakarta - Bung Karno dengan kalimat saktinya "Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncang dunia" telah dipelesetkan menjadi "Beri aku 10 boyband maka akan aku goyang alayers-alayer" (baca: anak baru gede).

Begitu candaan di sosial media belakangan ini. Bisa jadi identitas kebangsaan pemuda hari ini telah luntur dengan pengaruh budaya pop yang sedang hits. Berbeda dengan imajinasi kebangsaan pemuda era 1928 yang ingin merdeka dari belenggu penjajahan.

Mereka "inisiator Sumpah Pemuda" adalah sekelompok pemuda yang secara sadar berkumpul bersama mendengungkan semangat persatuan. Dengan lafadz Bertumpah darah air satu, Tanah Air Indonesia.

Berbangsa satu, Bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia telah memupuk gelora perlawanan atas penindasan. Dengan Sumpah Pemuda, identitas bangsa mulai dieratkan. Tak ada lagi daerah atau suku yang berjuang sendiri-sendiri.

Itu perbandingan pemuda pra kemerdekaan dengan pemuda hari ini. Semangat patriotisme Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen, Jong Islamieten Bond, Pemuda Kaum Betawi, Jong Java, dll ternyata tidak bereinkarnasi dengan pemuda hari ini yang lebih gandrung dengan hedonisme, individualisme, dan pragmatisme.

Tak bisa dipungkiri, semangat perjuangan anak muda zaman penjajahan dengan zaman penikmat kemerdekaan saat ini tak berbanding lurus. Anak muda hari ini berjuang melawan 'penjajahan' budaya.

Mereka yang lahir dari produk globalisasi sudah sedikit banyak terkontaminasi ideologi impor yang merusak tatanan berbudaya bangsa Indonesia. Akulturasi yang tidak sejalan dengan narasi besar Sumpah Pemuda begitu menjangkit anak muda Indonesia hariini.

Dalam ungkapan Noam Chomsky (Profesor Linguistik Amerika), media merupakan kurir yang sangat kuat dalam mempromosikan ideologi baru kepada anggota masyarakat yang memiliki tingkat melek media yang rendah, anak-anak misalnya.

Pengkhianatan Sumpah Pemuda

Bertumpah darah air satu, Tanah Air Indonesia saat ini telah berubah menjadi tumpah darah asing. Coba tengok tanah ibu pertiwi Indonesia telah dibombardir dengan alat berat untuk dikeruk sumber daya alamnya.

Jika pemanfaatannya bisa menyejehaterakan rakyat Indonesia tak jadi soal, hanya saja keuntungan yang diambil pihak asing selalu lebih besar. Kemudian, Berbangsa satu bangsa Indonesia hanya menjadi jargon.

Faktanya, anak muda hari ini lebih hafal Gangnam Style dibanding Jaipong. Berbahasa satu, Bahasa Indonesia telah dirusak dengan tatanannya dengan kamus besar Vicky-isasi (baca: bahasa sok intelek Vicky Prasetyo).

Beberapa contoh yang penulis ambil mungkin kasuistik. Bisa jadi hanya gambaran subjektif penulis. Namun tak bisa dipungkiri itulah realitas kekinian sumpah pemuda hari ini. Sejatinya, sumpah pemuda adalah semangat progresif untuk bertransformasi.

Definisi usia pemuda jika ditilik dari UU Kepemudaan nomor 40 tahun 2009 yakni 15 sampai dengan 30 tahun. Namun progresifitas seseorang bukan hanya monopoli kaum muda secara umur.

Kategorisasi muda bukan gambaran otot kawat baja, rambut hitam, kulit belum berkeriput, dan berjalan tegap. Yang dimaksud muda adalah yang selalu gelisah atas kondisi keterpurukan bangsanya. Sesuatu yang segar memang lebih disukai dibanding yang usang.
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Tobias Duha | Baranews | Petisi Jokowi
Copyright © 2011. baranews - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Bara JP
Proudly powered by Bara News